Grhatama Pustaka:
Perpustakaan Istimewa di Kota Istimewa
Tulisan
ini dilatar belakangi rasa penasaran penulis pada level “pol” alias penasaran
bingit dengan adanya informasi akan dibangun perpustakaan dengan anggaran 72,5
M yang digadang-gadang menjadi perpustakaan termegah di Yogyakarta. Selanjutnya
penulis bersyukur perpustakaan yang dimaksud sudah diresmikan pada tanggal 21
Desember 2015 oleh Sri Sultan HB X. Penulis lebih bersyukur lagi karena pada akhir
bulan ini berada di Yogyakarta. Gayung bersambut, rasa penasaran tersebut dapat
terobati meskipun penulis baru bisa berkunjung ke perpustakaan termegah di
Yogyakarta lima hari setelah peresmian yaitu pada Sabtu Wage tanggal 26
Desember 2015. Satu hal yang disayangkan, penulis belum bisa masuk ke setiap
ruang dalam perpustakaan karena memang hari itu layanan tutup, tetapi tetap
bersyukur diberi izin untuk masuk ke
gedung.
Perpustakaan termegah
di Yogyakarta terletak di jalan Raya
Janti Banguntapan Bantul. (tepatnya berada di sebelah kanan gedung Jogja Expo
Center, dekat dengan kebun binatang
Gembira Loka dan Museum Pusat TNI – AU Dirgantara Mandala). Gedung layanan
perpustakaan berdiri megah di atas tanah seluas 2,4 hektar dan terdiri dari
tiga lantai diperkirakan mampu menampung 2000 pengunjung. Keberadaan gedung ini
ternyata sudah dikenal masyarakat
terbukti pada saat penulis bertanya pada seorang mengenai lokasi perpustakaan
yang belum lama diresmikan, seseorang tersebut dapat menunjukkan dengan
tepat. Jadi bagi teman-teman yang mau
berkunjung ke perpustakaan termegah di Yogyakarta ini, tidak perlu takut
kesasar (salah alamat).
Gedung Perpustakaan ini diberi nama “Grhatama
Pustaka adalah nama yang dipilih oleh
Gubernur DIY Sri Sultan HB X, yang artinya tempat untuk
belajar”. Terlihat di atas pintu masuk gedung
ini, ditulis dengan aksara Jawa dan bacaannya: “Maca iku sawijining laku Tumuju
gapuraning ngelmu” kurang lebih maknanya membaca merupakan pintu gerbang ilmu
pengetahuan. Pas masuk pintu utama
gedung, disambut gemericik air.... (seperti masuk gedung resepsi pernikahan
hehe...). Selanjutnya, terlihat halaman yang cukup luas, bukan ke dalam ruang yang
tersekat. Terdapat grafiti dan juga kursi warna-warni dengan desain begitu
variatif. Keunikan terlihat pada performa bangunan secara keseluruhan dan juga
banyaknya pilar dalam gedung dan hampir setiap pilar terdapat pepatah Jawa yang
begitu agung maknanya. Pengunjung (pemustaka) dapat belajar falsafah Jawa. Ciri
khas gedung ini memiliki empat menara menjulang ke langit, berdasarkan
informasi yang didapat penulis empat menara tersebut mengandung makna empat kesempurnaan orang Jawa
meliputi Prakoso, Wulung, wangi, Agung.
Fasilitas yang disediakan meliputi bioskop 6 D, 3 ruangan anak-anak (ruang
dongeng, ruangan musik, dan ruang bermain), free hot spot, ruang auditorium,
ruang audio visual, koleksi buku berhuruf braile, koleksi-koleksi buku langka
dan buku-buku umum. Terlihat juga satu sudut menarik yaitu paludarium fish & reptiles.
Pengelolaan
perpustakaan ini tampaknya sudah memanfaatkan kemajuan teknologi terlihat
adanya book drop di dekat pintu utama
masuk gedung dan juga terdapat (seperti) mesin pencari, penulis belum mencoba
alat tersebut. Grhatama Pustaka memang lebih istimewa dibandingkan dengan gedung
lama Perpusda DIY yang pernah penulis kunjungi berlokasi di Tentara Rakyat Mataram. Setelah
mengunjungi Grhatama Pustaka, penulis ingin belajar teknik fotografi agar bisa
menampilkan keistimewaan perpustakaan ini lebih nyata, dan penulis tambah
penasaran untuk merasakan layanan yang ada seperti bagaimana rasanya nonton
bioskop 6 D di perpustakaan. Lebih penasaran lagi dengan (siapa) perancang
bangunan juga desain interiornya, yang mampu mengangkat budaya Jawa tanpa
mengesampingkan teknologi. Wuih...KEREN!!. Secara fisik Grhatama Pustaka layak
dijadikan studi banding bagi pemerintah daerah lainnya. Semoga kualitas layanan
yang biberikan minmal sama dengan megahnya fisik gedung.
Gedung dan fasilitas yang dimiliki merupakan aset perpustakaan yang bernilai ekstrinsik.
Aset bernilai instinsik merupakan nilai
yang melekat pada fisik perpustakaan. Gedung
dengan performa ruang
perpustakaan dan juga keunikan dari segi artistik bangunan dapat memanjakan
pemustaka dalam menumbuhkan suasana tenang, nyaman dan menyenangkan. Fasilitas
yang dimiliki perpustakaan merupakan sarana untuk melancarkan pelaksanaan
fungsi dan memberikan kemudahan. Keberadaan Grhatama Pustaka dapat menjadi
langkah awal dalam menumbuhkan citra positif keberadaan perpustakaan dan
pustakawan di mata masyarakat. Dalam hal ini pengelola perpustakaan harus mampu
bersinergi untuk menunjukkan kinerja yang positif. Kinerja seluruh komponen
mulai dari pucuk pimpinan dalam memanage sampai pada petugas kebersihan. Hal
ini dapat dipahami, karena kebersihan gedung misalnya contoh kecil, toilet yang
selalu dalam keadaan bersih dan harum dapat memberikan kesan tersendiri bagi
pengunjung perpustakaan (pemustaka). Dengan melihat luasnya area perpustakaan, tidak
berlebihan jika penulis berharap perpustakaan ini masuk dalam generasi kelima
yaitu MAKERSPACE. Perpustakaan tidak hanya tempat membaca buku tetapi mampu
mengajak pemustaka untuk berkreasi dengan melakukan “sesuatu” dalam
perpustakaan.
Yeahh.. semoga
keberadaan Grhatama Pustaka tidak menjadi menara gading, seperti keberadaan
sebuah “mall” yang hanya dikunjungi oleh orang-orang yang biasa nge”mall” namun
bagi mayarakat yang terbiasa belanja di toko kelontong pada
pasar-pasar tingkat kecamatan dapat menikmati fasilitas yang diberikan
oleh perpustakaan termegah di Yogyakarta ini.
Tantangannya, pengelola dapat meyakinkan para pemustaka (mungkin)
sebagian masyarakat yang belum terbiasa mengunjungi perpustakaan seperti (maaf)
anak jalanan, Gay, Lesbian, dan Transgender tidak merasa canggung untuk masuk
dan menikmati fasilitas yang ada sebagai tempat belajar. Semoga juga, para pengelola
tetap amanah sehingga fungsi pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi,
dan rekreasi masyarakat dapat terlaksana. Pustakawan dapat berperan dalam
mencerdaskan bangsa. Dan, pustakawan harus menyadari bahwa profesi ini tidak
tergantung oleh megahnya gedung, banyaknya koleksi, dan juga besarnya gaji
namun ditentukan oleh diri sendiri untuk terus memberikan manfaat bagi orang
lain.
Akhirnya, Terima kasih
Gubernur DIY, Bapak Sri Sultan HB X
telah berkenan “membangun” Perpustakaan Istimewa di kota Jogja yang memang Istimewa. Bagi teman-teman
don’t miss it! Great Libraries = Great Societies...! #KIMV #Library #pustakawanitukeren
oiya... ini hasil jepretan photografer amatiran dengan kamera handphone, check it out!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar