Sabtu, 26 Desember 2015



Grhatama Pustaka:
 Perpustakaan Istimewa di Kota Istimewa

Tulisan ini dilatar belakangi rasa penasaran penulis pada level “pol” alias penasaran bingit dengan adanya informasi akan dibangun perpustakaan dengan anggaran 72,5 M yang digadang-gadang menjadi perpustakaan termegah di Yogyakarta. Selanjutnya penulis bersyukur perpustakaan yang dimaksud sudah diresmikan pada tanggal 21 Desember 2015 oleh Sri Sultan HB X. Penulis lebih bersyukur lagi karena pada akhir bulan ini berada di Yogyakarta. Gayung bersambut, rasa penasaran tersebut dapat terobati meskipun penulis baru bisa berkunjung ke perpustakaan termegah di Yogyakarta lima hari setelah peresmian yaitu pada Sabtu Wage tanggal 26 Desember 2015. Satu hal yang disayangkan, penulis belum bisa masuk ke setiap ruang dalam perpustakaan karena memang hari itu layanan tutup, tetapi tetap bersyukur  diberi izin untuk masuk ke gedung.

Perpustakaan termegah di Yogyakarta terletak di  jalan Raya Janti Banguntapan Bantul. (tepatnya berada di sebelah kanan gedung Jogja Expo Center,  dekat dengan kebun binatang Gembira Loka dan Museum Pusat TNI – AU Dirgantara Mandala). Gedung layanan perpustakaan berdiri megah di atas tanah seluas 2,4 hektar dan terdiri dari tiga lantai diperkirakan mampu menampung 2000 pengunjung. Keberadaan gedung ini ternyata sudah dikenal  masyarakat terbukti pada saat penulis bertanya pada seorang mengenai lokasi perpustakaan yang belum lama diresmikan, seseorang tersebut dapat menunjukkan dengan tepat.  Jadi bagi teman-teman yang mau berkunjung ke perpustakaan termegah di Yogyakarta ini, tidak perlu takut kesasar (salah alamat).   

Gedung  Perpustakaan ini diberi nama “Grhatama Pustaka  adalah nama yang dipilih oleh Gubernur DIY  Sri  Sultan HB X, yang artinya tempat untuk belajar”.  Terlihat di atas pintu masuk gedung ini, ditulis dengan aksara Jawa dan bacaannya: “Maca iku sawijining laku Tumuju gapuraning ngelmu” kurang lebih maknanya membaca merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan. Pas  masuk pintu utama gedung, disambut gemericik air.... (seperti masuk gedung resepsi pernikahan hehe...). Selanjutnya, terlihat halaman yang cukup luas, bukan ke dalam ruang yang tersekat. Terdapat grafiti dan juga kursi warna-warni dengan desain begitu variatif. Keunikan terlihat pada performa bangunan secara keseluruhan dan juga banyaknya pilar dalam gedung dan hampir setiap pilar terdapat pepatah Jawa yang begitu agung maknanya. Pengunjung (pemustaka) dapat belajar falsafah Jawa. Ciri khas gedung ini memiliki empat menara menjulang ke langit, berdasarkan informasi yang didapat penulis empat menara tersebut  mengandung makna empat kesempurnaan orang Jawa meliputi Prakoso, Wulung, wangi, Agung. Fasilitas yang disediakan meliputi bioskop 6 D, 3 ruangan anak-anak (ruang dongeng, ruangan musik, dan ruang bermain), free hot spot, ruang auditorium, ruang audio visual, koleksi buku berhuruf braile, koleksi-koleksi buku langka dan buku-buku umum. Terlihat juga satu sudut menarik yaitu paludarium fish & reptiles.

Pengelolaan perpustakaan ini tampaknya sudah memanfaatkan kemajuan teknologi terlihat adanya book drop di dekat pintu utama masuk gedung dan juga terdapat (seperti) mesin pencari, penulis belum mencoba alat tersebut. Grhatama Pustaka  memang  lebih istimewa dibandingkan dengan gedung lama Perpusda  DIY  yang  pernah penulis kunjungi  berlokasi di Tentara Rakyat Mataram. Setelah mengunjungi Grhatama Pustaka, penulis ingin belajar teknik fotografi agar bisa menampilkan keistimewaan perpustakaan ini lebih nyata, dan penulis tambah penasaran untuk merasakan layanan yang ada seperti bagaimana rasanya nonton bioskop 6 D di perpustakaan. Lebih penasaran lagi dengan (siapa) perancang bangunan juga desain interiornya, yang mampu mengangkat budaya Jawa tanpa mengesampingkan teknologi. Wuih...KEREN!!. Secara fisik Grhatama Pustaka layak dijadikan studi banding bagi pemerintah daerah lainnya. Semoga kualitas layanan yang biberikan minmal sama dengan megahnya fisik gedung.  

Gedung dan  fasilitas yang dimiliki merupakan  aset perpustakaan yang bernilai ekstrinsik. Aset bernilai instinsik  merupakan nilai yang melekat pada fisik perpustakaan. Gedung  dengan  performa ruang perpustakaan dan juga keunikan dari segi artistik bangunan dapat memanjakan pemustaka dalam menumbuhkan suasana tenang, nyaman dan menyenangkan. Fasilitas yang dimiliki perpustakaan merupakan sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi dan memberikan kemudahan. Keberadaan Grhatama Pustaka dapat menjadi langkah awal dalam menumbuhkan citra positif keberadaan perpustakaan dan pustakawan di mata masyarakat. Dalam hal ini pengelola perpustakaan harus mampu bersinergi untuk menunjukkan kinerja yang positif. Kinerja seluruh komponen mulai dari pucuk pimpinan dalam memanage sampai pada petugas kebersihan. Hal ini dapat dipahami, karena kebersihan gedung misalnya contoh kecil, toilet yang selalu dalam keadaan bersih dan harum dapat memberikan kesan tersendiri bagi pengunjung perpustakaan (pemustaka). Dengan melihat luasnya area perpustakaan, tidak berlebihan jika penulis berharap perpustakaan ini masuk dalam generasi kelima yaitu MAKERSPACE. Perpustakaan tidak hanya tempat membaca buku tetapi mampu mengajak pemustaka untuk berkreasi dengan melakukan “sesuatu” dalam perpustakaan.

Yeahh.. semoga keberadaan Grhatama Pustaka tidak menjadi menara gading, seperti keberadaan sebuah “mall” yang hanya dikunjungi oleh orang-orang yang biasa nge”mall” namun bagi mayarakat yang terbiasa belanja di toko kelontong  pada  pasar-pasar tingkat kecamatan dapat menikmati fasilitas yang diberikan oleh perpustakaan termegah di Yogyakarta ini.  Tantangannya, pengelola dapat meyakinkan para pemustaka (mungkin) sebagian masyarakat yang belum terbiasa mengunjungi perpustakaan seperti (maaf) anak jalanan, Gay, Lesbian, dan Transgender tidak merasa canggung untuk masuk dan menikmati fasilitas yang ada sebagai tempat belajar. Semoga juga, para pengelola tetap amanah sehingga fungsi pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi masyarakat dapat terlaksana. Pustakawan dapat berperan dalam mencerdaskan bangsa. Dan, pustakawan harus menyadari bahwa profesi ini tidak tergantung oleh megahnya gedung, banyaknya koleksi, dan juga besarnya gaji namun ditentukan oleh diri sendiri untuk terus memberikan manfaat bagi orang lain.  

Akhirnya, Terima kasih Gubernur DIY, Bapak Sri  Sultan HB X telah berkenan “membangun” Perpustakaan Istimewa di kota  Jogja yang memang Istimewa. Bagi teman-teman don’t miss it! Great Libraries = Great Societies...!  #KIMV #Library #pustakawanitukeren


oiya... ini hasil jepretan photografer amatiran dengan kamera handphone, check it out!!
 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar